Kamis, 26 Desember 2013

Menyendirilah karena Allah atau menikahlah karena Allah. @felixsiauw
Sederhana ya.
"I'm a woman of the desert," she said, averting her face. "But above all, I'm a woman."
The alchemist, page 129.

Hal-hal yang bikin koas bahagia

Ada banyak, berikut ini beberapa diantaranya:

1. Jangan panggil koas dengan sebutan "Koas". Panggil aja "Dek", panggil nama lebih baik, apalagi kalo "Dok" :p
2. Beri koas kepercayaan buat ngelakuin tindakan medis kompetensi 4. Percayalah, kami (atau saya aja?) yakin bisa kok.
3. Pake snelli hehehe :D
Rabu, 25 Desember, jadi operator dan supervisor sirkumsisi di acara khitanan massal aksi pelajar mandiri, dipanggil "Dok", dan pake Snelli. Dapet ketiganya dalam satu waktu, combo senengnya!! alhamdulillah :D 

Minggu, 22 Desember 2013

Rabbana zhalamna anfusana, wa in lam taghfir lana wa tarhamna lanakunanna minal khasirin

Senin, 16 Desember 2013

Being a mom is a big deal, preparation is a must.

Kita pastinya sepakat dong ya dengan quote @SuperbMother ini, tapi sayang masih banyak perempuan yang belum berpikiran kayak gini :( kayak pasien2 yang datang ke P2 obgyn disini, hmmm bakal oke kalo semua perempuan Indonesia sadar urgensi persiapan menjadi ibu, mungkin sebagian dari kita bertanya-tanya gimana ya menyebarkan pemikiran ini? ga harus jadi pakar obstetri sosial kok kalo mau menyebarkan pemikiran ini ke seluruh perempuan di Indonesia  hehe. Kita juga bisa.

Semasa preklinik merasa tergerak untuk jadi ahli di bidang nutrisi ketika konsulen anak nyeritain kondisi gizi anak-anak Indonesia sekarang udah ga karuan lagi, di satu sisi yang kurang gizi masih banyak, di sisi lain angka obesitas pada anak juga semakin meningkat et causa makanan udah ga karuan2 lagi zaman sekarang. Padahal anak2 kan investasi bangsa ini di masa depan.

Kemudian tahun lalu, ketika mabit dengan Ulil Albab dan berbagi tentang 'Ingin Jadi Apa', salah satu ukhti punya cita-cita inspiratif, "Mau jadi Sp.A yang menginspirasi dan kredibel sehingga bisa dengan masif mengedukasi para ibu buat ngedidik anaknya supaya jadi anak sholeh." Subhanallah, beliau udah mikir lebih ke hulu lagi untuk menanggulangi masalah kualitas anak, yaitu dengan mengedukasi para ibu.

Sekarang, ketika saya baru dua minggu di stase obgyn, saya dihadapkan dengan realita Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi, penyebabnya? banyak faktor. Salah satunya ec ANC yang masih kurang berkualitas ec tenaga kesehatan masih banyak 'meremehkan' ANC atau mungkin karena nakes yang emang kurang kompeten. Jadi langkah konkret yang sekarang bisa kita lakuin adalah belajar yang bener dan paham urgensi dan cara melakukan ANC yang berkualitas dengan belajar yang optimal.

Saya baru jaga 4 kali dengan komposisi VK 3 kali dan IGD 1 kali, dan lumayan agak syok juga ketika dominasi pasien yang datang adalah perempuan usia 15-20 tahun, G1P0A0 dengan PEB atau KPSW, JTH atau bahkan JTM, preskep atau (ga jarang) presbo, dan biasanya didampingi ibunya (karena suaminya juga masih 'sama-sama remaja' dan belum 'cukup dewasa' untuk memberi support istrinya yang mau melahirkan). Ketika ditanya pendidikannya apa, rerata sekolah cuma sampai SMP, terus ketika ditanya kenapa menikah di usia muda (risiko tinggi komplikasi pada perempuan yang hamil usia dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun), ibunya bilang "Daripado becewe'an dak jelas, mending dikawinke bae." Niatnya baik, tapi aplikasinya tidak tepat dan ga memikirkan efek jangka panjang. Jelas, edukasi masyarakat mengenai pendidikan reproduksi masih kurang, terutama masyarakat di dusun.

Jadi kalo mau ditarik lebih ke hulu lagi:
Peningkatan kualitas perempuan usia reproduktif sebelum menikah (karena kalo siap nikah, harus siap jadi ibu) --> peningkatan kualitas ibu --> peningkatan kualitas anak Indonesia.

Sebenernya hal-hal begini bisa diperbaiki dengan (lagi-lagi) optimalisasi peran dokter keluarga atau bahkan bisa dimulai sejak masih jadi dokter internship melalui upaya promkes di daerah. Daerah perifer butuh orang2 hebat yang minimal bisa bikin pondasi awal untuk memajukan suatu daerah, 3 bulan ketika internship bagian puskesmas mungkin cukup asal niatnya ada, nanti 3 bulan berikutnya pondasi dilanjutkan lagi, dibangun dan dikembangkan lagi oleh dokter hebat lainnya yang sevisi. Berarti kuncinya ada dua: Dokter berkualitas dan visi memperbaiki kualitas kesehatan daerah perifer.

Jadi ternyata bisa lebih ke hulu lagi:
Peningkatan kualitas pendidikan dokter (plus kebijakan pemerataan dokter yang baik) --> dokter berkualitas yang bervisi meningkatkan kualitas daerah perifer --> promkes efektif tentang kesehatan reproduksi --> peningkatan kualitas perempuan usia reproduktif sebelum menikah (karena kalo siap nikah, harus siap jadi ibu) --> peningkatan kualitas ibu --> peningkatan kualitas anak Indonesia.

Niat baik bisa dilaksanakan dari berbagai cara, banyak.
Terserah kita mau kontribusi di poin yang mana. Bisa di pangkal alur, misalnya konseptor di HPEQ dikti atau akademisi di fakultas, atau jadi ujung tombak dengan jadi dokter secara fungsional. Semuanya baik, jika niat dan caranya baik. Yuk semangat belajarnya! :)

Kamis, 12 Desember 2013

Koas, Jaga, dan Tidur

Koas selalu ga bisa lepas dengan dua kata kerja berikut: JAGA dan TIDUR.
hahahastagah... ckckck.

Setiap pergantian stase selalu ada satu hari kumpul buat nentuin chief, sekretaris, bendahara, dan (yang terpenting) jadwal jaga. Jadwal jaga ini kami sendiri yang menentukan dan diatur berdasarkan ketentuan yang sudah ada di setiap stase dan pertimbangan2 yang udah diturunkan dari senior. Ga tau juga ya mengapa jadwal jaga ini selalu jadi topik yang selalu hangat (bahkan cenderung panas) untuk dibicarakan, jadwal jaga bisa ditentukan lewat musyawarah mufakat atau dikoncang. Di setiap grup selau ada satu atau dua orang yang sudah berinisiatif mengatur jadwal jaga, jadwal jaga ini tentunya harus dibuat seadil mungkin, terutama mengenai porsi jaga di hari libur, kemudian frekuensi jaga tiap minggu, lokasi jaga, dan temen jaga. Namanya juga dunia, ada orang yang begitu rempong dengan jadwal jaganya (yang dia rasa ga sesuai dengan jadwal kepentingan dia lainnya), merasa ga adil lah, merasa ga enak dengan temen jaganya lah, merasa inilah merasa itulah, sampai-sampai jadwal jaga harus dirombak beberapa kali untuk kepuasan orang tersebut... dan emang saya akui, untuk adil itu susah. Selalu ada pihak yang lebih enak jaganya, dan sebaliknya. Kalo saya pribadi sih prinsipnya sederhana, yaaa jalani aja, nikmati aja jadwal yang udah ada. Kalo dapet yang enak ya syukur, kalo kebagian jadwal yang ga enak yaudah gapapa. Kalo ga mau capek ya ga usah jadi koas, kalo ga mau jatah tidurnya berkurang ya ga usah jadi koas, kalo ga mau jadwal liburnya terganggu ya ga usah jadi koas. #edisibijak

Tiap stase selalu punya cerita yang berbeda tentang apa yang dilakukan ketika jaga. Kalo di litmin, kami stand by di bagian kalo ada pasien baru dari IGD sama debridement dan follow up pasien di bangsal. Kalo di bedah, terbagi ada yang jaga OK emergency ada yang jaga IGD, yang dilakuin kalo ada pasien baru adalah vital sign dan tatalaksana emergency, bisa dapet hecting dan bidai, jadi asisten operasi, dll. Kalo di PDL kami nge-anamnesis pemeriksaan fisik pemeriksaan penunjang kayak EKG dan cek BSS, terapi awal, dan  (yang paling 'sesuatu') follow up pasein ada yang per 4 jam, per 2 jam, per 1 jam, bahkan per 15 menit! tergantung tingkat kegawatan dan kestabilan pasiennya. Kalo di mata, kami keliling RSMH buat nerima pasien mata dan (ini yang jadi ciri khas mata) jawab konsul haha, insya Allah ga akan osteoporosis kalo jaga di mata terus, jalannya lebih dari 10000 langkah! Kalo di obgyn kebagi 4 spot, ada OK bisa jadi asisten operasi, kuretase, sama pemasangan IUD, di VK ngebantu persalinan, IGD tatalaksana emergency, dan bangsal obstetri-ginekologi dipisah follow up TVI sama DJJ atau pasien ginekologi yang gawat. Alhamdulillah banyaaaaaaaaaaaaak banget pengalaman yang didapet dari jaga ini, ga jarang juga menemukan kasus yang aneh-aneh, yang gawat banget, yang akhirnya bisa selamat, atau bahkan yang akhirnya meninggal. Pertama kali saya memfollow up pasien sampai meninggal ketika di bedah, beliau pasien laki-laki, 65 tahun, post op colostomy yang keadaan umumnya udah ga bagus, saya follow up dari TD masih 90/60 mmHg dan diberi dobu dopa sambil ngasih penjelasan tentang kondisi vital sign bapaknya setiap habis follow up, terus follow up per 15 menit hingga TD 40 per palpasi kemudian diresusitasi, dan akhirnya beliau meninggal di hadapan saya dan keluarganya di IGD, kemudian istrinya nangis sambil manggil2 nama suaminya tersebut, tapi di akhir tetep bilang "Terima kasih, dok." Hmm.. sejak saat itu udah beberapa kali juga mendapati pasien meninggal ketika jaga, ada juga yang anak-anak. Innalillahi wa innailahi roji'un.

Hal yang menjadikan jaga itu 'sesuatu' mungkin salah satunya adalah karena jaga itu mengganggu jadwal tidur dan akhirnya menimbukan post jaga syndrome. Gimana mau tidur kalo mesti follow up pasien per 15 menit? (dan biasanya pasien yang mesti difollow up itu bukan cuma satu, tapi beberapa, bahkan (tidak jarang) bisa banyak). Atau misalnya lagi nyenyak istirahat di bagian dan jam 1 malem ada pasien gawat di IGD, ga mungkin kan tetep ngelanjutin tidur? Ya, mungkin hal-hal seperti ini yang bikin sebagian besar (hampir semua) koas males jaga. Tiap stase pun punya 'tempat istirahat' koas yang beda-beda, kalo jaga bedah di IGD, kami biasa istirahat di atas kardus di bawah wastafel, biar kalo ada pasien gawat bisa ditatalaksana segera. Trust me, emang itu yang terjadi. Bisa merebahkan tubuh di atas kardus di bawah wastafel itu jadi suatu kenikmatan yang luar biasa ketika kamu emang lagi capek banget. Atau bahkan kamu cuma bisa tidur-tidur ayam di kursi counter nurse karena banyak yang mesti difollow up. Koas mata punya kasur dan ruang ber-AC buat koas, tapi cewek cowok gabung. Kalo di obgyn ada kamar dokter muda perempuan dan kamar dokter muda laki-laki. Ada juga stase yang menyediakan kasur, tapi ga pernah bisa ditiduri (karena kamu emang ga sempet tidur! haha). Macem-macem, seru. Itu makanya ada masa ketika kamu pulang ke kosan, sholat, makan, tidur, dan tetiba udah pagi lagi haha (ini pas di PDL dan bedah).

Jangan pernah heran kalo kamu ngeliat koas selalu ngantuk, karena seringkali tidur post jaganya masih terasa kurang, tapi tetiba udah harus jaga lagi. Hahahaha, ini terutama dirasakan oleh kaos yang lagi di stase mayor. Sekian dulu hari ini. Dadah! :D

Kamis, 05 Desember 2013

Obrolan manusia kepala dua


S: Teh, doa bangun tidur tuh gimana ya?
A: Oh, itu yang "Rabbana hablana min azwajina ...." eh tunggu.... maaf salah, itu mah salah satu doa jodoh wakakaka itu mah Al-Furqon 74 maaf maaf, doa bangun tidur itu yang "Allahuma ahyana ba'dana amatana wailihi nusyuur" hehe
S: Wakakaka ketauan teteh doanya doa itu terus sampe latah hahaha
A: Hehe maaf :p

***

D: Mba, dinta penasaran sosok yg bakal jadi suami mba tuh yg gimana dan siapa haha.
A: Mba juga penasaran, dek. Belum ada bayangan hahaha.

***

R: Nita bisa nebak ga kira-kira jodoh aku kayak gimana?
A: Zzz.... Jangankan nebak jodoh ukhti, nebak jodoh aku pun aku ga bisa haha.

***

Absurd banget ngobrol dengan temen jaga tentang pertanyaan pertama mcq blok 17 tentang frekuensi ...... Hahahaha. Inget ga kalian soal no 1 mcq IT blok 17? Hahahaha heboh banget yang cowo2 pada optimis ngejawab soal nomer satu itu.

Ya, saat ini saya lagi di stase obgyn, ceritanya lagi nunggu bimbingan kk residen semester 5 yang tak kunjung tiba sambil bahas hal sama tanti tentang segala yg berkenaan dgn reproduksi, terus mikir berapa banyak ovum yang tersisa dari menarche hingga sekarang, secara tiap bulan terbuang begitu saja hahaha.

Obgyn enak, segerbong dengan orang2 yang selalu bikin ingat atas kebesaran Allah udah menciptakan sosok2 kayak mereka hehe. Terus insya Allah bakal ke Sekayu di minggu keenam, jadi dokter (pake snelli) selama 3 minggu hahaha. Okelah sekarang emang belum dapet stenon, insya Allah ntar dapet banyak di daerah dan di jaga2 selanjutnyaa. Aamiin.


Omongan udah ngelantur, bimbingan belum mulai juga. Udah ya. Bye! :)

Minggu, 01 Desember 2013

You see what I choose to show. -claraarcpus-
Please, expect less.

Sabtu, 30 November 2013

Ujian Mata

Hehe alhamdulillaaaaaaaah hehe :)
Mata selesai. Ujiannya ga ada hal-hal yang terlalu menarik untuk diceritakan, soalnya dapet pasien trauma kimia basa yang udah dibahas tuntas sama dr. FD waktu long case, selain itu saya short case sama bedsite teaching sama beliau, combo banget ujian dapet sama beliau juga, jadi ya udah ketebak pertanyaannya apa dan jawaban yang beliau inginkan apa, ditambah ada ujian tertulis yang soalnya udah turun temurun dan udah sempet nyari semua jawabannya di AAO dan Vaughan hehe... dan semuanya atas izin dan kehendak Allah pastinya. Alhamdulillah :)

Lanjut Obgyn, bismillah :)

Minggu, 24 November 2013

Assalamu'alaykum ya ikhwatifillah hehe :)
Time flies, tetiba udah memasuki minggu ujian aja, mohon do'a kalian ya.

Alhamdulillah banget tadi malem bisa menikmati malam minggu di rumah, setelah sekian minggu selalu jaga sabtu hingga minggu siang haha. Stase mata ini enak, tugas utama koas itu belajar, ga jadi 'pekerja', tiap ada waktu luang kakak residennya langsung ngadain bimbingan dadakan, koas mesti ngilmu banget, saking dituntut untuk berpengetahuannya, mungkin keluar dari stase mata ini koas bisa jadi spesialis mata hahaha, secara kasus konsulen pun mesti bisa hahaha. Pertanyaan konsulen selalu super-super, mangstab pokoknya. Asik.

Rame banget pas phantom minggu kemarin, seruuuuuuu :)))
Kayak main eat bulaga haha, ceritanya ada pasien datang, dan kami mesti anamnesis dan menganalisis temuan klinis, lalu menentukan diagnosis dan tatalaksana spesifik dalam waktu 15 menit sajaa. Wah kalo phantom tiap hari insya Allah beneran jadi spesialis mata pas keluar stase hahaha. Ada moment2 ketika saya bersyukur banget menempuh pendidikan dokter, setiap kasus selalu beda, selalu punya tantangan masing2, bikin diri ini selalu mikir dan ngeanalisis, bukan mengerjakan sesuatu yang rutin dan sama terus menerus, alhamdulillah seru :) Referat udah selesai, besok ujian lisan apa yang saya tulis di referat. Long case pun besok presentasi dan siap digempur pertanyaan para sejawat dokter muda yang haus akan ilmu tentang katarak hahaha. Yakali. Siap ya, insya Allah.

Oiya, selama 7 kali jaga ini udah 2 kali dapet pasien yang ketimpa durian kena muka, dan akhirnya kena mata, satu ruptur sklera, satu lagi ruptur kornea, innalillahi wa inna ilaihi roji'un, pukpuk kakaaak. Terus rame di line grup mata tentang topik  'durian membawa musibah'. Pelajarannya yang bisa diambil, kalo mau ngambil durian di pohon, mending pake helm yang ada kaca mukanya. Gitu.

Selama di mata banyak ngobrol dengan banyak orang, teh moi, wenny, kak bey, mba lia.... terus mikir lagi, kalo sekolah lagi (apalagi kalo di luar), kapan bisa ngabdi ke orang tuaaaaa? apa sekolah di bandung aja? Kalo ortu selalu ngedukung apa yang ingin saya lakuin, termasuk apply sana sini, tapi pas saya bilang "Apa nita sekolah di bandung aja ya, Ma, Pa?" Mama papa kedengerannya sumringaaah banget dan excited gitu haha. Yaudah, sekarang pokoknya buka peluang buat segala kemungkinan, insya Allah ntar pasti ada satu jalan yang emang udah Allah atur jadi yang terbaik :)

Senin, 18 November 2013

Bismillah, Rabbi, inni lima anzalta ilayya min khoirin faqiir.
QS. Al-Qasas: 24

Titik dua apostrof kurung tutup

Hehe alhamdulillah. Terlalu banyak hal untuk diceritakan. Ada banyak moment lucu dan seru, ada moment yang bikin nangis, moment merenung, moment terkagum-kagum sama kompleksitas dan detail organ yang namanya mata, moment begadang ngereferat (ini masih on progress haha), dan banyak moment yang bikin sadar bahwa sosok too good to be true itu ada banyak, tersebar di seluruh dunia, termasuk disini hehe. Subhanallah.

Selasa, 05 November 2013

Aseli. Cerita tiap konsulen selalu bikin terhenyak.

Senin lalu dr. Linda bercerita ttg konsekuensi menjadi seorang dokter, intinya seperti QS. At-Taubah: 41, ya, suka tidak suka harus dijalani. Belajar sungguh-sungguh, ga tidur ketika jaga, ya jalani.

Residen tidak mau kalah menyemangati kami, setiap pagi kami selalu ditanyai "Tadi malam sudah belajar apa saja?" dan rentetan pertanyaan lain mengenai mata, dari anatomi hingga tatalaksana suatu penyakit. Setiap pagi selalu merasa kurang mengoptimalkan hari sebelumnya, selalu merasa merugi. Astagfirullah. Apa sulitnya meluangkan 1-2 jam tiap harinya untuk mempelajari segala hal yg berkenaan dengan kompetensi 4? Yaa Allah :(

Kadang ingin berdoa Ya Allah, just give me one day free..... tapi malu untuk berdoa seperti itu ketika tiap minggu berkumpul dan membahas sepenggal kisah Sirah Nabawiyah, tentang perjuangan Rasul dan para sahabat, rasanya apa yang kami alami ini belum seujung kuku perjuangan mereka, ga ada apa-apanya.

Pun kemarin dr. Alie membahas makna ikhlas, bahwa segala hal akan sia-sia jika kami tidak ikhlas. Menjawab konsul PEB pkl. 01.49 menuju P2 IGD obgyn membawa snellen chart dan black box.... Ikhlas atau tidak? Lillahi ta'ala atau diiringi 'berutukan'? Nilainya akan sangat jauh berbeda, bertolak belakang malah. Astagfirullah.

Ya Allah, beneran ga ingin termasuk golongan orang yang rugi, apalagi golongan orang yang celaka, ingin termasuk golongan orang yang beruntung, ingin tiap hela napas ini bermakna ibadah, ingin tiap impuls pacemaker SA node di jantung saya ini ga sia-sia, bermanfaat, berkah.

Minggu, 03 November 2013

Gakumi in action at antibiotic :)

kiri-kanan: dinta, irbas, nita, wetek, rizka

Ujian Penyakit Dalam (part 3)

Ingin segera move on dari PDL dan menceritakan berbagai hal di mata haha. JAdi ceritanya .....

Selasa udah lumayan manteplah pengetahuan tentang DM sama TB, termasuk penghitungan kebutuhan kalori spesifik khusus untuk ibu ini, terus dosis-dosis obat, penulisan resep yang bener, sampe edukasi, tapi masih kepikiran sama hal-hal yang salah tulis di status, ada yang kurang juga. Ya itu tadi, sadarnya pas nonton video pemeriksaan fisik, misal pas perkusi ada 3 hal yang dinilai, yaitu suara yang terdengar, batas paru hepar, dan peranjakan. Sedangkan saya cuma menuliskan hal yang biasa dituliskan di status follow up sehari-hari, cuma bunyi yang terdengar aja, batas paru hepar ga ditulis, peranjakan ga ditulis juga, tapi emang ga diperiksa sih, kelupaan karena dari anamnesis emang ga ada keluhan dari hepar. Dan ada beberapa kekurangan2 penulisan lainnya karena emang hasil pemeriksaannya dalam batas normal alias ga ada kelainan. Yaudah sih, selasa pagi dateng seperti biasa, menanti-nanti jam 10 sambil bahas pemeriksaan fisik sama rika di depan mushola, bahas gimana supaya tampil meyakinkan dan keren di depan pasien dan penguji hahaha. Kemudian Prof datang sambil bawa status yang udah saya buat kemarinnya.... Saya, kak rizal, sama Prof menuju bed pasien ujian saya.... Ujian dimulai...

Prof: Ibu, apa kabar hari ini?
Pasien: Pagi ini mencret, dok. Udah dua kali BAB cair.
Saya: *DEG* *masya Allah, ada keluhan baru doooong, huaaa*
Prof: "Anita, kemarin pasiennya diare juga ga?"
Saya: "Ga, Prof. Kemarin ga diare."
Prof: "Mencretnya dari kapan, bu?"
Pasien: "Baru pagi ini, dok."
Saya: *fyuuuh*

Prof: "Coba bacakan hasil anamnesis kamu, anita."
Saya: *menjelaskan dengan khidmat*
Prof: "Oke, dari anamnesis kamu udah ada kemungkinan diagnosis kerjanya ya, apa?"
Saya: "Trias DM jelas mengarah DM tipe 2 dan ada gejala respiratorik dan sistemik yang mengarah ke kasus baru TB paru"
Prof: "Oke, nah pagi ini pasien kita ada mencret, menurut kamu diare ini etiologinya apa? ada hubungannya ga dengan diagnosis kerja kamu?"
Saya: *alamaaaaak, ga baca sama sekali tentang diare dooooooong* *membuka kembali folder ingatan tentang diare* "Berdasarkan etiologinya, diare dibagi menjadi infeksi atau non-infeksi, blablablabla........." *pokoknya semua yang keingetan tentang diare disebutin semua, soalnya Prof malah menelisik jauh tentang diarenya, DM sama TB belum dibahas sama sekali, pemeriksaan fisik pun belum hahahahaha. Udah aja, ada yang terjawab, ada juga yang ga terjawab haha.*

Masuk ke pemeriksaan fisik, masalah dimulai ketika pemeriksaan JVP, di status saya tulis JVP (5-2) mmH2O itu meriksanya ga pake penggaris dan dengan asumsi TB sama DM biasanya ga ada peningkatan JVP, dan ternyata pas saya periksa ulang di depan Prof pake penggaris .......... JVP (5+0) mmH2O doooooooooong. Ini ga terduga banget, gimana ini, apa yang terjadi pada ibu ini? Apa ada penyakit yang belum terungkap? huaaaa. Ditanyalah saya tentang berbagai penyakit dengan manifestasi peningkatan JVP hahaha, ya saya jawab aja bisa karena kelainan jantung, kelainan ginjal, dan kelainan paru. Jelasin aja semunya, kemudian ada pertanyaan ......

Prof: "Dari sekian banyak penyakit yang ada manifestasi peningkatan JVP yang kamu jelasin barusan, apa kemungkinan penyakit yang mendasari peningkatan JVP pada pasien ini?
Berhubung saya ga nyangka ada peningkatan JVP, jadi saya baru memikirkan kemungkinannya ya saat itu juga hahahaha setres, CHF jelas bukan, cor pulmonale juga ngga, edema paru ga ada, mungkin DM nefropati-kah? oiya kan ada edema pretibial, mungkin kelainan ginjal, masa iya udah CKD? tapi ga ada sesak kok, kemarin pas anamnesis juga ga ada keluhan BAK, tapi bisa aja sih diagnosis bandingnya CKD ec DM nefropati, apa ya? Pokoknya pikiran berkecamuk bangetlah hahahaha, saya jawab yang CKD itu, dan ternyata emang bisa juga karena itu. 

Pokoknya panjang bangetlah kalo mau diceritain semua, seru banget, banyak banget pertanyaan ga terduga hahahahaha, emanglah top banget Prof penguji saya ini, bikin saya mikir lebih holistik dan komprehensif.

Nah, apa yang saya wanti2 dari awal mengenai penulisan status yang kurang lengkap dari hari sebelumnya ternyata emang berakibat 'lumayan' fatal haha. Saya mesti meriksa satu pasien TB setiap harinya, mulai dari anamnesis sampe edukasi ke pasien hingga hari sabtuuuuuuuu. Oke, fine, saya terima dengan lapang dada, meskipun mesti menunda keinginan melaksanakan agenda pos ujian yang udah jelas banget itu. 

Ada satu hal yang ga terduga lainnya pas hari jumat....
Jadi hari itu konsulen lapjagnya adalah prof penguji saya, lapjag adalah akronim dari laopran jaga, lapjag ini dilakukan setiap pagi jam 07.00-08.30 isinya membahas pasien baru yang masuk RSMH, bahas dari anamnesis hingga tatalaksana, kemudian didiskusikan, lapjag dihadiri oleh seluruh residen dari tingkat satu sampai chief (senior banget), bahkan post chief (saking seniornya, udah hampir jadi konsulen), lapjag ini dipimpin dan dievaluasi oleh satu orang konsulen. Nah 'kebetulan' ada kasus pasien baru P2 dengan diagnosis TB paru dan suspek SIDA, dan suspek MDR TB juga. 

Prof: "Coba, saya mau minta pendapat chief paru tentang kasus ini."
Residen A (chief paru): "blablablabla....."
Prof: *komentar pendapat chief, terus lanjut nanya lagi* "Saya mau dengar pendapat chief yang tertinggi disini"
Residen B (chief senior): "Blablablabala...."
Prof: *komentar pendapat chief, terus lanjut nanya lagi* Anita Permatasari, mana Anita? saya mau minta pendapat kamu tentang kasus ini. Anita ini koas yang ujian sama saya, dia juga udah jadi chief paru (ngejelasin ke peserta lapjag).
Saya: *berdiri* "Terima kasih, Prof. Blablablabala....."

Wakakakak pengen ketawaaaaaaaa hahahahaa. Semenjak hari itu ada beberapa temen yang menyapa saya dengan "chief paru". Sampai tibalah hari sabtu pagi saya menyerahkan status pasien terakhir yang saya periksa. Legaaaaaa banget, terus nanya nilai ke kak rizal, alhamdulillah luluuuuus hahaha. Banyak banget pelajaran dan hikmah yang didapet dari PDL huaaaa meskipun capek, tapi berakhir dengan bahagia dan senyuman. Insya Allah siap ya jadi dokter :)

Rabu, 30 Oktober 2013

Ujian Penyakit Dalam (Part 2)

Bismillah. Oiya, berhubung ujiannya prolong, saya ngehubungin mama papa terus minta doa, pas dapet undian hari minta doa, pas senin mau undi penguji minta doa lagi, pas lagi nunggu2 konsulen minta doa lagi, pokoknya minta doa all the time wahahaha.

Oke, dimulai dari hari senin yaa, itu banyak yang skip skip skip, tapi sebenernya hectic sekali. Asli hecticnya. Ya gimana, waktu buat anamnesis plus pemeriksaan plus nulis status cuma 1,5 jaaaaaaam. Awalnya saya pikir waktu segitu cukup, tapi ternyata realisasinya ga cukup hahaha. Alhamdulilah ada dilla sebagai timses yang bantu menanyakan riwayat keluarga, riwayat pendidikan, status ekonomi, sekaligus hitung BB dan TB sembari saya nulis status, jadi saya anamnesis RPP yang penting untuk anamnesis.

Assalamu'alaikum, ibu, saya dokter anita (tsaelah dokter cuy), saya mau menanyakan beberapa hal dan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyakit ibu yaa, boleh bu? (aslinya saya ngomong ke pasien bahasa palembang wakakak). Hmm.. ternyata keluhan utama pasien saya kemarin adalah badan lemas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Masya Allah, pas denger itu dari pasien langsung DEG dalam hati karena laporan jaga hari itu para residen habis dibantai salah satu konsulen gegara mayoritas pasien masuk keluhannya badan lemas dan menurut konsulen itu KU badan lemas itu salah, wah gimana ini? tapi ya gimana emang keluhan utamanya memang itu, jadi tetep saya tulis keluhan utamanya ya itu, soalnya penguji saya bakal konfirm langsung ke pasien semua apa yang saya tulis di status. Setelah ditelisik-telisik, dari anamnesis jelas banget kalo ibu ini menderita DM tipe 2 underweight uncontrolled dan TB Paru, karena trias DM jelas, gejala respiratorik dan gejala sistemik TB juga jelas, langsung inget papa dong, penyakitnya sama dengan penyakit papa. Berhubung waktu mepet dan dari anamnesis udah jelas banget diagnosisnya, saya emang ngelakuin pemeriksaan fisik lengkap, tapi lebih fokus ke vital sign plus pemeriksaan paru aja, eh ternyata vital sign ibu ini udah ga bagus, hipotensi 90/60mmHg dan demam 38 derajat celcius, saya langsung mikir apa ada infeksi sekunder di ibu ini, soalnya kalo TB aja biasanya ga demam segitunya, pneumonia atipikal-kah? udah aja sambil mikir, terus pemeriksaan JVP saya lakuin tanpa penggaris, sekilas tampak ga ada peningkatan, lagipula DM sama TB ga ada manifestasi peningkatan JVP, kecuali ada cor pulmonale, pemeriksaan abdomen ga ada kelainan, nah yang jadi masalah adalah ada pitting edema minimal dorsum pedis, wah kayaknya ibu ini hipoalbumin juga, atau jangan2 udah ada kelainan ginjal, nefropathy diabeteskah? Saya masih nulis sembari mikir diagnosis bandingnya. Wah pokoknya pikiran berkecamuk selama nulis status itu.

Udah, alhamdulillah beres 5 menit sebelum deadline jam 11.00 dooooong haha stres. Langsung saya ke atas meletakkan status di meja penguji, nunggu beliau, sambil baca segala tentang DM dan TB, sambil sms-an juga sama senior yang ujian sama konsulen ini. Baca, baca, baca. Sholat dzuhur. Ternyata penguji dateng jam 13.00, terus pas beliau dateng beliau langsung nanya.....
Konsulen: "Mana yang ujian sama saya?"
Saya: "Saya, Prof."
Konsulen: "Nah, kamu kan udah selesai nulis status, artinya kamu udah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini, saya udah lihat status kamu, kamu saya anggap udah ujian, saya ga perlu lihat lagi teknik anamnesis pemeriksaan fisik kamu, saya langsung kasih nilai aja ya, mau?"
Saya: *galau* *speechless*
Konsulen: "Yaudah, saya sholat dulu, kamu pikirkan ya, kamu mau saya nilai langsung atau mau diuji dulu?"
Saya: "Iya, Prof."

Terus saya nanya ke ke kakak residen penguji 2 pas konsulennya lagi sholat

Saya: "Kak, gimana ini? Baiknya gimana?"
Residen: "Ya terserah kamu, kamu mau lulus atau mau dapet nilai bagus?"
Saya: "Ya mau lulus dengan nilai bagus dong, kak."
Residen: "Ya kalo gitu ujian, tapi risikonya kamu bisa ga lulus juga, kalo kakak sih mending yang pasti-pasti aja, yang penting lulus."
Saya: *mikir*

Konsulennya beres sholat.

Konsulen: "Gimana? udah ada keputusan?"
Saya: "Saya mau ujian, Prof."
Konsulen: "Nah gitu dong, itu jawaban yang saya mau, kalo kamu ga diuji bakal sia-sia dong 9 minggu di penyakit dalam, artinya kamu walk out. Kalo kamu ga mau diuji artinya kamu kalah sebelum bertanding. Oke, ujiannya insya Allah besok jam 10 ya, hari ini saya ada urusan dulu."
Saya: "Iya, Prof."

Yaa Allah alhamdulillah bisa belajar duyuuuuu, tapi status udah dikumpul, ga bisa diedit lagi. Yasudah gapapa. Udah aja saya teh pulang, sms mama papa isinya "Ma, Pa, pasien nita penyakitnya sama dengan papa, ujiannya diundur besok, doain lancar ya.", nonton video pemeriksaan fisik sambil baca konsensus DM dan TB, dan menyadari bahwa ..... jengjeng.... ada beberapa hal yang saya salah tulis di status. Astagfirullah gimana ini hahaha. 

Ntar insya Allah dilanjut lagi, masih panjang bo, kasian ini Vaughan udah dipinjem dari Sabtu tapi belum dibaca-baca haha. Bye!

Selasa, 29 Oktober 2013

The moment when you were asked by someone about "When will you marry?"

Sampe detik ini masih ga paham saya dapet wangsit, ilham, inspirasi, dan keberanian darimana untuk ngejawab pertanyaan itu dengan kalimat yang singkat, padat, dan jelas sedemikian rupa haha.... dan memang..... jawaban jujur memang lebih mudah dan menenangkan, sesudahnya pun tidak ada rasa gundah gulana, gelisah, atau berbagai perasaan tak mengenakkan lainnya. Spontan. Just popped out of my head. Yap, spontan. Entah itu emang kelemahan saya atau kelebihan dia yang bikin saya kayak gitu haha. Lalu bagaimana? insya Allah saya utarakan lain waktu ya :)

Minggu, 27 Oktober 2013

Istri Kak Hijrah dan Istri dr. MTH haha

Nanti lanjut cerita tentang ujiannya, masih panjang banget ceritanya hahaha. Cerita yang lain dulu, mumpung lagi inget. Saya udah bilang sebelumnya, ada kakak2 residen yang subhanallah sholeh/ah, interaksi ke pasiennya baik, analisisnya pun baik, suka membimbing pula. Pokoknya kakak favorit haha.

Nah salah satunya adalah Kak Hijrah, subhanallah beliau ini, dari pertama kali ketemu pun udah terasa aura kesholehnnya, ga jarang ngeliat beliau lagi sholat dhuha, ke pasien pun baik. Jadi pas jaga bareng lathifah, beliau ini cerita perjalanan keresidenannya yang begitu Allah mudahkan, beliau bilang, "Dek, kalau Allah udah cinta, insya Allah segala hal bakal mudah, percaya deh. Sama satu hal lagi, sedekah, jangan pernah anggap remeh sedekah, kakak udah buktikan sendiri, dek.

Sungguh cerita beliau mengharukan bangetlah, sampe netes air mata dengernya haha. Ntar insya Allah kapan2 diceritain, intinya gitu, do our best buat ngedapetin cinta-Nya........ dan dari cerita2 beliau tentang kehidupannya termasuk cerita tentang istrinya, jujur, saya malah jadi lebih kagum sama istri beliau, subhanallah banget pasti istrinya, pengen ketemu haha. Pasti sholehah banget, sosok yang menguatkan dan menenangkan bagi suaminya, sama kayak istri dr. MTH yang anggun dan keliatan banget cerdas dan sosok yang menguatkan makanya bisa ada sosok dr. MTH yang subhanallah juga. Hmmmm.

Ujian Penyakit Dalam (part 1)

Alhamdulillah ya Allah :')
sampai detik ini masih sering takjub bisa selesai dari penyakit dalam dengan senyum lebar. Alhamdulillah banget aaaaaak. Kemarin hari terakhir di RA semua orang cerah, bisa tertawa dengan riang, ceriaaa banget, suasananya menggembirakan (kecuali chief sih, ujian sama penguji malam, entahlah gimana nasibnya, puk puk). Pokoknya seneng banget, dan kami berulang-ulang melafadzkan hamdalah. Kalo kata Kak Franz, selesai melewati penyakit dalam itu artinya menjalani stase lain ibarat 'turun gunung'. Ya, karena di penyakit dalam itu puncak kehectican, kelelahan, dan tingkat stress yang paling tinggi. Pun kata Rizka, stase mayor lain ga terasa mayornya kalo dibandingkan dengan stase penyakit dalam.

Ketegangan ujian dimulai ketika nama-nama penguji keluar hari kamis minggu lalu, kami sebenernya udah ada prediksi siapa aja konsulen yang bakal turun jadi penguji, prediksi kami para konsulen malam ga bakal turun, secara kami cuma 22 orang. Namun ternyata Allah berkehendak lain (tsaelah drama), konsulen malam yang jadi penguji lebih banyak dibanding senior 5 minggu lalu. Deg, takikardilah kami. Hari ujian sebenernya cuma dari senin hingga kamis, dari keempat hari itu, paling mending ujian hari senin, karena mayoritas konsulen pengujinya bonam hehe, hari selasa ada konsulen malam, rabu juga, paling banyak sih kamis. Jadi kami berharap banget bisa ujian hari senin haha dan berdoa supaya ga dapet ujian hari kamis, naas banget pokoknya yang dapet kamis. Undi hari ujian dilakukan sabtu minggu lalu, kami menanti-nanti residen yang jadi PJ ujian kami, tapi beliau sibuk banget, hingga pukul 15.00 belum ada kepastian, pulanglah saya ke kosan, pokoknya udah pada tahap tawakal, saya udah doa Ya Allah terserah saya dapet ujian hari apapun, yang penting saya bisa. Pas saya nyampe kosan eh ada jarkom katanya bakal diundi hari saat itu juga, saya tadinya mau balik ke RS, tapi ga jadi, udah, pokoknya udah menyerahkan pada Allah. Dan....... jengjeng...... saya dapet undian ujian hari senin. Saya ga berhenti melafadzkan hamdalah sepanjang malem minggu itu haha, Yaa Allah bersyukur banget bisa ujian hari senin, konsulennya mayoritas bonam, dan saya udah ngebayangin hari senin itu tuntas ujian dan bisa 'liburan' dari selasa hingga minggu, ah indahnyaaaa, bisa beberes kosan dengan tenang, bisa nyuci dengan tenang, bisa nonton janggeum dengan tenang, bisa renang, bisa jalan-jalan, wah pokoknya agenda abis ujian udah jelas bangetlah hahaha.

Hari minggunya saya masih ada jadwal jaga di paru, dateng jaga kayak mau naik gunung, haha, segala buku dibawa, ceritanya mau belajar gitu wakaka. Antara excited ujian senin, tapi waswas juga ngerasa banyak yang belum dibaca. Beda dengan stase-stase sebelumnya, ujian di penyakit dalam ini lebih banyak menimbulkan gejala psikosomatis bagi para koas (halah), karena ujiannya itu kita ibarat ditantang jadi dokter beneran, kita datang pagi hari tanpa tahu penguji, tanpa tahu pasien, dan kita ngelakuin anamnesis A-Z hingga pemeriksaan fisik head to toe di depan penguji langsung. Selama ini kan ujiannya 'hanya' ujian status (kecuali di litmin emang ada beberapa konsulen yang ngeliat pasiennya juga sih), jadi ini ibarat OSCE yang sebenarnya, takikardinya pun berkali lipat dibanding kamu mau OSCE. Ujiannya pun butuh timses, karena waktunya biasanya hanya diberikan sedikit, tapi status yang mesti diisi ada 14 halaman, detail banget statusnyaa, dari riwayat penyakit keluarga, data pendidikan, variasi makanan, riwayatkebiasaan semuanya mesti ditanya, pemeriksaan fisiknya pun beneran dari ujung kepala hingga ujung kaki, kalo ngisi statusnya sendirian, niscaya ga bakal keburu.

Tibalah hari senin.... Masih follow up pasien, masih ikut lapjag, masih bisa dhuha... pukul 08.45 diundi penguji dan .... saya dapet pengujinya salah satu konsulen favorit saya dari awal yang sempet bikin saya menitikkan airmata terharu gegara quotes beliau yang..... subhanallah, bikin sadar kalo ladang amal jadi koas itu besaaaaaaaar banget, yang penting ikhlas dan beneran belajar supaya jadi dokter yang kompeten :')
Langsung aja saya menghubungi penguji 2 alias residen yang memilihkan pasien, dapet pasien jam 09.00 dan harus selesai statusnya pukul 10.30, ujiannya jam 11.00. Skip skip skip alhamdulillah beres bikin status dengan ketergesaan haha sebelum jam 11.00. Menanti penguji ga dateng-dateng hingga jam 13.00, dan ternyata beliau ga bisa nguji hari itu, ditundalah ujian saya besoknya, fyuh alhamdulillah, bisa ada waktu buat belajar lagi hahaha.

Nb. nyuci dulu, ntar lanjut lagi gimana ceritanya ujian ini bisa nyambung hingga sabtu hahaha.

Minggu, 20 Oktober 2013

Alhamdulillah :')
seringkali dibuat speechless sama Allah saking so sweet-nya apa yang Allah kasih.

Yaa Allah, berikan aku cinta-Mu, cinta orang-orang yang mencintai-Mu, berikan aku kemudahan menuju dan mengerjakan amalan-amalan yang mengantarkanku kepadanya :')
(dr. Syadra Bardiman, Sp.PD, K-GEH, a.k.a. Ayah)

Jumat, 04 Oktober 2013

Iseng baca CV pas daftar baktinusa awal tahun kemarin sama folder karya, kemudian terhenyak. Kemana semangat berkarya seperti waktu-waktu yang lalu? Ini kenapa referat belum beres jugaaaaa? Hahaha

Belum lagi dr. Irfan yang udah ngingetin buat publikasi di APEJ, terus medsmotion yang deadlinenya 15 oktober ini, ditambah tergiur call for paper untuk dipublikasi di bimkes, belum lagi yang deadline tanggal 3 desember itu mesti ngurus ke madang dan layo. Yaaa Allah.

Kalo kata githa sih, segala kerjaan itu harus dimulai dari .......... TIDUR DULU, karena badan harus fit untuk ngerjain hal-hal sebanyak itu -.-'

Bahahaha yakali, meskipun pernyataan githa itu ada benernya, tapi kalo diturutin malah ujung2nya tetiba udah berganti hari tanpa ada progress. Kalo lagi jaga bisa tidur cuma sejam atau dua jam, tapi kalo lagi dikosan suasananya nyaman banget bawaannya ingin istirahat mulu. Bah!

Kalo malem ini referat belum beres juga, sungguh ter-la-lu. Udah yuk mari mulai dengan tidur dulu basmallah. Bismillahirrohmaanirrohiim. Kun Fayakun! *pasang ikat kepala* *minum kopiko 78 derajat celcius*

Rabu, 02 Oktober 2013

"Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?" (QS.As-Saff:10)

jawabannya ada di ayat 11, keuntungan lainnya ada di ayat 12-13.
Penasaran? Monggo dicek dulu Qur'annya. Semangat! :)

Minggu, 29 September 2013

Sejak kapan rindu mengenal waktu?
@monstreza

Sabtu, 21 September 2013

Residen2 menyebalkan itu ada supaya kita belajar untuk tidak jadi seperti mereka. Kadang suka kasian kalo berinteraksi sama mereka, kayak ga menikmati hidup, hal2 mudah dipersulit, bawaannya maraaaah terus, nyalahin oraaaang terus, nyuruh2 sambil ga ngebimbing apa2. Pendekatan ke pasiennya juga ga holistik dan komprehensif, dateng2 tetiba nanya hasil pemeriksaan penunjang, lah anamnesis sama pemfis malah ga dilakuin (nanti kalo di daerah ga ada fasilitas pemeriksaan penunjang gimana coba, kakak? Mau langsung rujuk tanpa diagnosis sementara? Gitu? Ckckck). Semoga ga jadi kayak mereka.

Disisi lain ada residen2 yang sholeh, baik, cerdas, rendah hati. Subhanallah. Insya Allah mereka bakal jadi dokter spesialis penyakit dalam yang hebat. Interaksi mereka ke pasien baik, analisisnya mulai dari anamnesis hingga ke pemeriksaan penunjang, menilai kondisi pasien secara holistik dan komprehensif, membimbing kami indikasi tiap pemeriksaan, intepretasinya, cara berpikirnya. Nah, residen2 macam ini bikin kita percaya bahwa filosofi padi emang nyata, semakin berisi semakin menunduk. Semoga bisa meneladani kakak2 yang jenis ini hehe.

Jumat, 13 September 2013

Wajah-wajah menghitung hari

Hahahahahahaha *cuma bisa ketawa waktu rabu lalu masih gelap, kayak tengah malam, pukul 05.15, hujan-hujanan ke RS bawa tas gede berisi bawaan jaga dan buku ilmu ajar pdl jilid III, ketemu Rika di forensik krn parkiran Ogan belum buka.*

Beberapa hari terakhir ini suka ketawa sendiri (?) kalo ngeliat kondisi diri sama kondisi temen2 di pdl. Watir sih emang, wajah-wajah menghitung hari kayak residen semester satu hahaha, tapi excited ngebayangin betapa serunya suatu hari nanti, beberapa tahun lagi, kalo lagi cerita2 pengalaman di pdl, cerita2 betapa kita telah berhasil melalui stase ini dengan happy ending. Insya Allah :)
Semangat, manteman! Sepuluh hari lagi kita jadi senior hahaha.

Minggu, 08 September 2013

Muara Enim

Tiga kalimat yang ga akan terlupakan selama di Muara Enim
"Apo dio idapan kamu tu?" oleh dr. Iskandar.
"Apa keluhannya, ibuuuuuu?" oleh dr. Mumasi.
"Adek nak kakak tulah." oleh ofi yang menirukan 'adek ketemu besak' rahmat.

Detik ketika masuk dan nutup pintu mobil ofi di depan mess, tepat ketika itu saya udah ngerasa kangen dengan segala yang dialami di muara enim. Kangen dengan mess, kangen ketika ronde dan pertanyaan-pertanyaan unpredictable, simple, tapi berbobot yang dikasih dr. Iskandar dari hari pertama senin dua minggu lalu hingga hari terakhir sabtu kemarin, subhanallah keren banget si dr. Iskandar, cerdas banget, pengetahuannya luaaaaaaaaaaas dan beliau lucu, baik hati dan hobi nyanyi pula. Kangen juga ronde dan obrolan poli dr. Mumasi, tentang cerita pengalaman beliau waktu pertama kali jadi kepala puskesmas di daerah terpencil. Kangen tampang ke'cugak'an kak dimas dan kak nucky yang kami tanya-tanyai terus haha. Kangen perawat yang baik hati. Kangen ruang Bu Mustika. Kangen pasien-pasien di ruang Betet. Kangen jalan-jalan ke Lahat terus mampir ke rumah bude dan ngobrol asik dengan mba Lisa, ke Jagungan, ke Sungai Lematang. Kangen perjalanan ke Air Terjun Bedegung di Tanjung Enim yang kata orang cuma sejam perjalanan, tapi ternyata hampir dua jam perjalanan berlika liku. Kangen makan di warung Mang Udi, Bakso Mercon, dan Ayam Penyet Golkar, Nasi Goreng Sriwijaya CLT. Kangen belajar bareng hingga larut di mess, kangen nonton channel TV berkualitas di mess. Kangen makan durian sore-sore di pinggir jalan. Kangen kaka safri dan adek gischan. Kangen kehectican bikin laporan case hingga ga larut malam dan bikin ppt. Kangen nasi uduk nenek. Aaaaaaak. Dua minggu, tapi semua halnya bikin kangen.

... dan tetiba ntar malem udah mulai jaga di IGD RSMH. hahahaha.

Senin, 02 September 2013

Bismillah.
September ini dimulai dengan satu kata lima huruf yang mampu meruntuhkan tembok gengsi (kalo kata Dinta), namun alhamdulillah ada satu kata empat huruf yang menjadi penjaganya, serta satu kata tiga huruf yang jadi media terbaik untuk menyalurkannya. Islam emang indah.

Kamis, 29 Agustus 2013

PDL #2

Alhamdulillah :)
Disini kami berasa jadi dokter beneran, dari anamnesis hingga tatalaksana akhir kami yang tentukan, pun hingga nulis resep. Pagi follow up, siang bedsite teaching, sore istirahat, malam visit, subuh baca. Learning by doing banget, secara ga langsung dipaksa untuk tau, untuk ngerti, asik bangetlah hehe.

Finally sadar bahwa diri ga cocok jadi pembawa acara wisata kuliner, semua makanan terasa enak, ga ada yang ga enak. Ga cocok jadi chef juga dong -__- Mungkin inilah beberapa hikmah diterima di fk. Yakali. Entahlah, semoga. Kemudian terngiang kata salah seorang konsulen, "Siapa disini yang masuk fk cuma numpang lewat aja? Cari gelar aja kemudian jadi sesuatu yang lain?"

Senin, 26 Agustus 2013

PDL #1

Assalamu'alaikum hehe, Thank God I'm still alive.

Jumat lalu ketemu Apti, temen bareng ketika di bedah, kami lagi ke kampus buat ngambil surat tugas untuk belajar ke RSUD jejaring di Muara Enim.
Apti: Wow! Kalian masih hidup?!
Koas PDL: =______=
Gile pertanyaannya, se-zombie itukah penampakan kami? sedemikian rupakah PDL di mata para koas yang belum mengalami PDL? Selain itu, sabtu kemarin pas jaga, ketemu Kak Rudi senior PDL, beliau bilang "Lima minggu pertama itu yang penting kalian bertahan hidup, lima minggu berikutnya waktunya belajar untuk ujian."

Sesungguhnya kedua percakapan diatas bisa dibilang berlebihan ya, ga gitu juga sih. Memang, perubahannya terasa, soalnya kelompok kami dari stase radiologi yang minim gerak tetiba dihadapkan dengan stase yang bikin kami mesti dateng ke RS jam 04.30 pagi buat follow up pasien, perbedaan dengan stase sebelumnya adalah pemeriksaan yang dilakukan itu head to toe dan statusnya lebih panjang, jadi butuh waktu yang (jauh) lebih lama. Sesungguhnya kehectican hanya terjadi ketika jaga dan suasana di pagi hari, siangnya lumayan bisa duduk dan berinteraksi dengan pasien. How lucky I am, hari pertama, senin lalu langsung kebagian jaga bangsal. Ga gimana-gimana juga sih, cuma masuk 5 pasien baru yang mesti dianamnesis dan diperiksa head to toe untuk kemudian nulis statusnya, 3 orang pasien yang mesti difollow-up, itupun bukan follow up per jam, tapi ya gitu, baru bisa istirahat jam 02.00-03.30. Lumayan, alhamdulillah jaganya berdua per bangsal, jadi bisa bagi tugas. Inget dulu Teh Moi bilang, capeknya jaga itu terasa keesokan harinya, dan emang iya itu yang terjadi, di bedah pun kayak gitu. Sekitar jam 10an udah mulai mata sulit terbuka ketika udah ngedip. Kamu bisa nebak siapa yang jaga semalam dari penampakan orang-orang ketika siang harinya. Beda banget penampakan koas post jaga.

Nah, senin lalu mestinya pengarahan dengan salah satu konsulen, tapi beliau lagi ga ada, jadi ketemu beliau selasa di saat saya lagi ngantuk-ngantuknya, dan beliau berhasil bikin saya compos mentis, bahkan saya sampe menitikkan air mata gegara terharu dan ter'jleb' dengan pernyataan beliau. Subhanallah banget, enlightening moment banget sama beliau. Setiap ketemu konsulen (terutama di PDL) selalu bikin terhenyak denger pengarahan dan cerita pengalaman mereka, malu rasanya kalo ga totalitas ngejalanin kepaniteraan klinik, malu kalo belajarnya ga bener, malu kalo ngeluh, malu.

Waktu dirasa berharga banget karena aktivitas yang lumayan banyak dan di sisi lain banyak hal yang mesti dipelajari, kalo ga buat istirahat, ya mending dipake untuk belajar. Maka ketika ada sedikit waktu luang, mending tidur atau baca. Banyak hal yang didapet minggu lalu, tapi belum sempat diendapkan, dan sekarang tetiba udah di RSUD Muara Enim buat menimba ilmu disini bareng ofi, ica, dan rahmat, insya Allah selama dua minggu, dan disini ga sehectic di palembang yang mesti dateng subuh haha, nih buktinya masih bisa cerita. Semoga berkah segala ilmu dan hikmah yang didapet.

Sabtu, 17 Agustus 2013

Radiologi #3


Di radiologi ada seorang bapak yang biasa kami sapa Kak Adi, beliau ini bukan dokter, bukan koas, bukan sarjana, bukan pegawai TU. Saya sesungguhnya ga ngerti apa job desc Kak Adi ini saking banyaknya hal yang beliau kerjakan dan jadi tempat bergantung banyak pihak. Konsulen kalo ada masalah ingin Kak Adi yang handle, koas kalo ada pertanyaan tentang lembar permintaan yang kurang atau hasil rontgen yang kurang jelas nanyanya ke Kak Adi, pasien ngambil hasil foto rontgen ke Kak Adi, yang ngearsipin lembar expertise konsulen juga kak Adi, ibu-ibu administrasi kalo ada apa-apa juga ngehubungin Kak Adi.  Radiologi tanpa Kak Adi bakal carut marut banget sepertinya. Kalo masalah expertise, ga ada konsulen A, bisa digantiin konsulen B, atau C. Peran Kak Adi ini ga bisa digantikan oleh orang lain, mungkin 5 orang lain yang dilatih dulu baru bisa gantiin peran Kak Adi. Subhanallah banget emang kak Adi ini, beliau patut diapresiasi lebih tinggi dibandingkan konsulen.

Yap, dari Kak Adi saya belajar bahwa nilai kebermanfaatan seseorang ga selalu berbanding lurus dengan status sosialnya di masyarakat. Kalo mau jadi orang bermanfaat ya mulai bermanfaat aja dari sekarang dari hal-hal yang emang bisa kita lakuin, ga perlu nunggu jadi pimpinan atau professor.

Oiya alhamdulillah kemarin referat udah dikumpul dan udah ujian. Kali ini ujiannya ga pake adegan palpitasi atau Kussmaul breathing, karena pengujinya ya konsulen yang udah dibersamai selama 4 minggu ini dan ujiannya pun tertulis. Alhamdulillah, radiologi beres. Bismillah, lanjut ke Penyakit Dalam. Semoga bisa meneladani semangat juang saudara2 muslim di Mesir untuk belajar, jaga malam, ngerjain referat, presentasi jurnal, follow up bangsal, dan memberikan pelayanan prima buat para pasien di PDL.

Rabu, 14 Agustus 2013

Pra PDL

"Tidurlah selagi kalian sempat tidur, bacalah novel selagi kalian sempat baca novel, nontonlah selagi kalian sempat nonton." Petuah para koas PDL untuk koas yang belum masuk PDL.

Penasaran banget apa sampai sedemikian rupa koas PDL, bahkan sampai disebut koas kucel karena saking kusutnya penampakan koas PDL hahaha, kabarnya jaganya ting ting pula, datang subuh pulang sore, ke kosan numpang tidur aja. Konon katanya pernah ada koas yang shaum sunnah dan ga sempat buka puasa hingga pukul 23.00 (!) bahahaha, berlebihan ya. Semoga sehat selalu dan mampu menjalani stase penyakit dalam ini dengan lancar jaya dan oke.

Kamis, 08 Agustus 2013

Assalamu'alaikum
Hai, wankawan. Ini sedang menanti sholat Id di rumah sambil ngemil2 cantik (?) dan nonton khazanah tentang komunitas Islam di Mexico dan Argentina (mereka keren!), tapi udah nge-tag tempat di lapangan. Haha emang nge-tag tempat udah menjadi bagian dari kehidupan, mulai dari bangku kuliah, spot di masjid ketika itikaf, hingga spot sholat Id.

Taqobalallahu minna wa minkum. Semoga kita juga jadi pribadi yang lebih oke sejak adzan maghrib kemarin. Aaamiin. Alhamdulillah Yaa Allah suka palpitasi sendiri kalo mikirin nikmat yang udah Allah kasih, terutama nikmat iman. Semoga kita termasuk golongan manusia yang dirahmati Allah yaa. Aamiin. *mendadak mellow*

Liburan ini agak ga fokus haha, karena referat belum beres 100% dan pulang mudik disambut minggu ujian haha. Udah ah, ntar insya Allah dilanjutin ceritanya. Ini mau berangkat dulu. Dadah. Salam :)

Senin, 05 Agustus 2013

Ngupas kentang

Mama dan saya

M: *syok ngeliat hasil kupasan kentang* Ini kenapa?
N: Kenapa, Ma?
M: Ngupas kentang tuh sampai kayak gini *sambil ngasih contoh*
N: Oh. Oke, Ma.
M: Ckckck, ngupas kentang masih kayak gini kok nekat daftar masterchef haha.
N: *jleb* haha tsaelah, mama kan tau nita daftar bukan karena merasa jago, ma. Modal nekat doang itu mah.
M: Iya, syukur ga diterima ya.
N: -__-

Alhamdulillah, udah 2 misi liburan kali ini yang tercapai dan keduanya itu dilakuin dalam waktu kurang 24jam haha hectic.

Misi 1: Silaturahim dengan keluarga.
Biasanya saya yang ngider keliling bandung, tapi kali ini mereka yang dateng ke rumah dengan modus buka bareng hahaha. Semalem bubar dengan keluarga inti pakde bude ngombol, puas banget ketemu saudara-saudara, dan 2 saudara seperjuangan putri-karin setelah beberapa liburan ga pernah berhasil ketemu. Alhamdulillah keduanya udah pake kerudung yeee :)

Misi 2: Ketemu ukhtina geng tengkorak.
Alhamdulillah bisa ketemu dan ngobrol dengan alnis, mirnov, misil, dan pusfa :))
Mereka makin kece aja, meskipun cuma ngobrol pasca sahur hingga jam 06.00 tapi efektif haha. Semoga bisa ketemu lagi dalam kondisi yang lebih baik. Aaamiin.

Misi berikutnya nemenin papa ke RS dan baca foto thorax beliau dan nyelesain referat haha. Semoga maksimal besok udah beres ya.

Kamis, 01 Agustus 2013

Minggu ini dapet pinjeman buku dari rika tentang kumpulan khutbah Jum'at Syaikh Yusuf Al-Qardhawi jilid 1. Baru baca dua bab tentang risalah manusia dan taubat, tapi rasanya udah menghujam jleb jleb jleb tepat di jantung gini. Setelah dua bab yang sedemikian rupa, saya coba selingkan dengan baca ulang Saksikan bahwa Aku seorang Muslim daaaaaaan ternyata juga cukup menampar saya kembali, terutama yang bab dua dan empat, belajar dari plot QS. Ar-Rum:21. Fuuh. Ini mau seling lagi dengan bacaan Harun Yahya deh, alih topik dulu ke pengetahuan umum.

Suatu sore di Kenten

N: Om, sehat?
O: Alhamdulillah. *hening sejenak* Nita lagi sering begadang ya?
N: Hmm.. Kenapa emangnya, om? Mata nita keliatan capek ya?
O: Bukan, itu kenapa ada jerawat di muka?
N: .....
O: Nita golongan darah sama dengan papa ya?
N: Iya, kenapa om?
O: Pantes, papa juga dulu gitu kadang timbul jerawat.
N: Ehm.. tapi om... ini... ga ada hubungan...
*kemudian adzan maghrib dan fokus buka puasa*
*yasudahlah*

Saya dan Om Joko

Senin, 29 Juli 2013

Galau

Alhamdulillah, perdana ke Al-Aqobah dan perdana juga ikutan acara yang ada Salim A. Fillah-nya hehe. Oke, jadi kemarin pagi ketika mau bergerak untuk cuci baju, ada sms dari Rika "Nita, ado gawe dak?" kemudian diikuti penjelasan acara tersebut, langsung weh saya ga jadi nyuci, semua gegara rika hahaha. Saya menuju Pusri lewat rute terjauh, yaitu lewat veteran ngikutin jalur bus merah karena terakhir ke Pusri waktu taun pertama kuliah dan naik bus itu. Istilahnya kalo saya mau bukit bisa lewat demang, saya malah muter lewat jalan merdeka, dan ini lebih jauh. Pas udah di Pusri bingung mau parkir dimana? Saya sms rika, "Parkir dimana, ukh? Udah mulai acaranya?" Terus rika bales "Belum mulai, ukh. Parkir disamping dalam pagar. ternyata acara buat anak SMA ukh hahaha, tapi dak apo-apo." Oh. Oke, gapapa, untung saya bergaya ala anak SMA (?).

Subhanallah sekali ya, ust. Salim A. Fillah, berasa ketemu dr. Farichin. Wajahnya cerah dan menenangkan, kayak ga punya masalah dalam kehidupan haha. Oke, berikut ini saya ceritain sedikit tentang bahasan kemarin, tapi tentunya ga akan sebanyak dan seseru yang didapet secara langsung, maafkanlah.

Judulnya Say no to galau, move on sekarang. *kyaaaa, SMA banget yah haha*

Galau itu sesuatu yang pasti dialami manusia, apalagi orang Palembang, kan wong kito galau (eaaaa, first joke, lucu lucu). Nah, kemuliaan tidak ditentukan oleh galau atau tidaknya seseorang, tapi ditentukan oleh apa yang digalaukannya. Galau perkara dunia atau perkara akhirat.

Masalah anak muda sekarang ini:
1. Menggalaukan apa-apa yang sudah dijamin (jodoh, rizqi, dll)
2. Melupakan apa yang harus digalaukan (kita termasuk golongan yang dirahmati Allah atau ga? kita ntar meninggalnya khusnul khotimah atau ga? gimana supaya masuk surga? dll)

Laki-laki itu biasanya menggalaukan rizqi, kalo perempuan biasanya menggalaukan jodoh. Dua hal yang sebenernya udah dijamin sama Allah haha. Sampe ust Salim bilang, ikhwan yang ikut acara ini tapi pulang dari sini ga langsung ke rumah calon mertua gegara galau masalah rizqi, mending ga usah ngaku pernah ikut ikut acara ini. *hadirin serempak tertawa*

Terus Ust. Salim A. Fillah menceritakan kegalauan-kegalauan yang dialami oleh para nabi dan kisah-kisah yang ada di Quran, mulai dari Adam, Musa, Ibrahim, Ismail, Yusuf, Yunus, Hajar, istri Fir'aun, dan masih banyak lagi. Subhanallah banget, pencerahan.

Nih saya ceritain satu ya, tentang Nabi Ibrahim a.s. versi saya ya.
Nabi Ibrahim ini ujiannya sering berkaitan dengan hal-hal yang dicintainya. Suatu waktu, Ibrahim dapet wahyu untuk meninggalkan Hajar dan bayi Ismail di lembah tandus tak berpenghuni. Ibrahim seketika galau, masa iya mau ninggalin anak istri yang dicintainya, tapi ini perintah dari Allah yang merupakan Rabb yang beliau cintai juga. Pergi aja Ibrahim teh meninggalkan Hajar dan Ismail dalam kegalauan, ketika beberapa langkah Hajar nanya, kira-kira begini "Mas, mau kemana?" Ibrahim diem aja, karena lagi galau (Laki-laki kalau galau malah speechless, kata Ust. Salim hahaha). Ga dijawab, Hajar nanya lagi kedua kalinya, "Mas, mau kemana?" Masih tetep Ibrahim ga jawab. Hajar akhirnya ganti pertanyaan "Apakah ini perintah Allah, Mas? Kalo ini perintah Allah, sekali-kali Allah tidak akan menyia-nyiakan kita." (Subhanallah banget Hajar ini wanita sholihah yang strong :3) Hajar juga galau, tapi keimanan menguatkannya. Gimana ga galau, Ibrahim mau balik ke istri satunya lagi Sarah yang cantik, pasti ada laaah perasaan khwatir Ibrahim ga balik lagi atau gimana, tapi beliau memilih kalimat keren tadi, kalimat yang cuma bisa diucapkan muslimah sejati dengan keimanan yang ga main-main. Akhirnya Ibrahim beneran ninggalin Hajar dan Ismail. Sekarang Hajar yang galau gimana memenuhi kebutuhan hidup di tanah tandus tak berpenghuni itu, Hajar lari ke Shafa, nyari ada orang yang dimintai tolong ga, atau ada tanda-tanda sumber mata air. kemudian Hajar lari lagi ke Marwa, sama, nyari ada orang yang bisa dimintai tolong ga, atau ada tanda-tanda sumber mata air ga. Itu beliau lakukan sampai 7 kali, manteman! And guess what, mata air ternyata malah muncul di bawah hentakan kaki mungil bayi Ismail, dan Hajar bersyukur banget dan ga mengeluh.

Maafkanlah kalo ceritanya random dan ga terarah, terlalu excited nih nyeritainnya haha. Inti dari kisah itu adalah kalo kita galau jangan malah meratap, desperate, atau mengeluh, yang perlu kita lakuin adalah aksi. Ikhtiar dan dan tawakal. Pokoknya aksi aksi aksi, kayak Hajar yang sampe 7 kali bolak balik shafa marwah, kayak Ibrarim yang tetap berjalan menaati perintah Rabb-nya. Semua itu mereka lakukan dalam kondisi galau. Masalah rizqi, Allah yang jamin dan Allah bisa ngasih dari arah yang ga diduga. Kita pokoknya ikhtiar sama tawakal.

Dan masih banyak cerita inspiring lain dari Quran yang dibawakan oleh Ust. Salim dengan ciamik, jadi terasa nyata. Sebagian berkaitan dengan kegalauan nabi dan doa yang dipanjatkan nabi ketika galau, ini pernah saya reblog dari Pusfa kalo ga salah taun 2012 lalu klik aja --> tentang do'a oleh Salim A. Fillah.

Buat para perempuan: Meraih kemuliaan di sisi Allah lebih penting, jauh leibih penting daripada menggalaukan jodoh. Maryam dan istri Fir'aun bahkan dalam kisahnya ga ada masalah menggalaukan jodoh, tapi mereka lebih fokus ke menjaga kesucian dan mulia dimata Allah. Qur'an emang inspiring banget, ingin lebih semangat lagi buat mentadabburi Quran, biar bisa belajar dari kisah-kisah yang seru itu.

Jumat, 26 Juli 2013

Mudik berasa mau OSCE

Papa dirawat di RS Dustira (lagi).
Selalu ada adu argumen panjang antara saya dan papa ketika meyakinkan beliau untuk berobat ke RS, soalnya papa ini penganut paham ‘paradigma sakit’ sejati. Selalu. Bahkan tahun lalu saya harus sampe pulang ke Bandung supaya papa mau berobat. Kali ini berhasil meyakinkan beliau via telepon kisaran 30 menit. Emang harus saya banget yang turun tangan, dokter beneran suka ga didenger.

Paradigma sakit adalah pemikiran bahwa ke berobat dokter atau ke rumah sakit itu hanya perlu dilakukan jika sakit parah. Beda dengan mama yang menganut paradigma sehat, jadi mama ke RS atau ke dokter untuk menjaga kesehatan, bukan ketika sudah sakit. Nah mama ini yang bener, tapi di masyarakat masih banyak yang malah sepaham dengan papa.

Salah satu hal yang saya suka dari papa adalah beliau orangnya ‘take it easy’, jadi ga gampang stress dan suka nemu solusi praktis kalo ada masalah. Tapi sayangnya sikap ‘take it easy’nya ini belebihan kalo masalah kesehatan. Memang, ada beberapa penyakit yang self-limited disease, jadi bisa sembuh sendiri dikalahkan sistem imun kita, tanpa perlu obat, cukup bedrest dan perbaiki pola makan, tapi ga semua penyakit kayak gitu. Papa ini kalo ada keluhan suka ga dirasa-rasa dan berusaha ngobatin diri sendiri berdasarkan pengalaman. Nah ini yang jangan ditiru. Penggunaan obat ga boleh sembarangan, meskipun keluhan sama, tapi kondisi metabolisme tubuh belum tentu sama dan bisa malah berinteraksi antagonis dengan obat lain yang sedang diminum.

Tantangan terbesar dokter keluarga adalah mengubah paradigma sakit jadi paradigma sehat. Jadi kalo mau mudik itu emang harus isi amunisi ilmu full-tank dari diagnosis hingga tatalaksana, terutama edukasi. Banyak saudara yang konsultasi kesehatan, pertanyaannya pun random sangat, dan masih banyak anggapan2 salah yang perlu dibenahi. Semoga ilmu ini berkah.

PS. Mohon doa buat papa saya ya, manteman. Jazakumullah khairan katsir.

friends