Bismillah
Tadi malem saya dateng ke rumah surga (hiii.. kayak nama aliran sesat gini. haha), kami ngadain simulasi SOCA dan sedikit pembahasan sampai pukul 23.00an. Saya dateng cuma bermodal pulpen dan notes kosong, merchandise dari prodia tea gening, pas pelatihan PKM. #gapenting
And guess what, saya dapet skenario C dong. Berhubung saya ga bawa kertas skenario, saya minjem laptop kiky dan mulai membuka file pleno tutorial C, bukan hanya satu, tapi banyak, bahkan saya membuka beberapa file laporan skenario C. Tiba-tiba saya diem ketika yang lain masih menulis.
Kenapa? Karena saya ga ngerti!
Ketika saya baca skenario, ga ada respon di otak saya, bener-bener ga ada yang disintesis di otak saya, bingung mau mulai darimana. Saya tahu itu tuh kasus myoma uteri dan pyelonefritis akut, tapi CUMA itu yang saya tau. Astagfirullah.
Langsung aja saya teh galau.
Kenapa? Kenapa saya bisa selupa itu? Apa saya terlalu banyak maksiat? Apa bener-bener ga ada yang saya dapet selama proses tutorial seminggu itu? Gimana saya bisa jadi dokter yang kompeten? Gimana kalo ternyata banyak temen2 yang kayak saya? Gimana kalo dokter2 ga becus kayak saya bertebaran di muka bumi? Mau jadi apa dunia ini? Gimana pertanggungjawaban di hari akhir nanti? Tidaaaaak! Tidaaaaak!
Oke itu sebenernya kegalauan saya yang kesekian, kegalauan yang pertama udah mulai terbentuk dari bulan-bulan sebelumnya.
#Settingnya ketika pleno
Mahasiswa A : “Jadi penatalaksanaan yang paling tepat dalam kasus ini tuh apa?”
Mahasiswa B : “Jadi pasien ini dikasih diuretik dulu atau steroid dulu?”
Dosen X : “ Pasien ini sebaiknya diberikan terapi simtomatik dulu, yaitu diuretik. Nah pemberian steroitd tidak begitu diperlukan pada pasien ini.”
Dosen Y : “Rasa nyeri pada pasien ini diakibatkan oleh spasme ureter, maka obatnya adalah antispasmodik!”
Saya dateng ke unsri untuk belajar jadi dokter yang oke. Tapi ketika mendengar pembahasan macam itu hati saya berontak. Saya geleng-geleng kepala, menolak.
“Nggak gini, nggak gini,” ini kata-kata yang ada di otak saya. Aneh aja, seolah-olah pasien adalah benda, bukan makhluk hidup yang punya jiwa, bukan makhluk hidup yang ada berbagai unsur pembentuknya.
Saya ga ingin jadi dokter yang kayak gitu, saya ingin mengobati manusia, bukan penyakitnya. Ingin pendekatannya memasukkan aspek spiritual, pengobatannya pake yang alami. #insya Allah akan diperdalam dalam postingan berikutnya
Pram dalam buku Jejak Langkah-nya pun pernah bilang beberapa hal tentang mahasiswa kedokteran,
“Apakah telah kau berikan pada kehidupan ini, hei, kau manusia terpelajar? Obat untuk si sakit saja, ataukah juga obat untuk kehidupan yang sakit?” (hal. 182)
“Berjanjilah kau akan menjadi dokter untuk sebangsamu yang melarat dalam kehinaannya. Sembuhkan badannya, sehatkan jiwanya, tegakkan ragangan kehidupannya, bangkitkan mereka.” (hal. 225)
Iya, dan sekarang saya duduk di ruang belajar, mempelajari ilmu kedokteran barat yang pendekatannya bertentangan dengan apa yang akan saya gunakan nanti. #miris
Slow down your life with #SlowSalah
4 hari yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar