Selasa, 22 September 2015

Paradigm Shift

Punten baru muncul ke permukaan. Barusan mau posting lanjutan esai ttg rekayasa persepsi peran perempuan blablabla the last ship itu, tapi pas diliat lagi, masih kacau dan amburadul, ingin diedit dulu, tapi entah kapan, soalnya mesti perbanyak baca referensi lagi ternyata hehe *peace*

Hmm.. sekarang saya mau lanjut bahas buku ya, sedikit aja sih, keypoint yang saya ambil dari hasil rangkuman setelah baca kisaran 3 buku (kuning, pink, merah) yang belum semuanya tuntas dibaca. 

Okay. This is about paradigm shift.
Biasanya, kebahagiaan kita dapatkan karena memperoleh sesuatu, mendapatkan hak, diberi, dimengerti, disayang, dicintai, segala sesuatu yang sifatnya pasif. Nah, ketika kita memutuskan untuk menikah, paradigma tersebut harus diubah menjadi bagaimana kebahagiaan hakiki bisa dicapai dengan memberikan sesuatu, melaksanakan kewajiban, memahami, menyayangi, mencintai, segala sesuatu yang sifatnya aktif, lupakan hak-hak kita, minimkan ekspektasi, sehingga ketika pasangan kita melakukan sesuatu untuk kita, sesederhana apapun itu rasanya akan sangat berharga. Hal ini berlaku dalam segala aspek. Klise ya, tapi penting, dan bisa diusahakan kok, insya Allah :)

Semoga bermanfaat. Sampai jumpa lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

friends