Jumat, 19 Juli 2013

Makassar juga seru, din.

Barusan habis kumpul dengan perempuan-perempuan kece pemilik gakumi. *yakali* *muntah massal* Terus ngobrol, terus muncul ide-ide brilian, terus endingnya ngegantung karena udah mau isya haha, always like that, bahkan tadi lebih parah, endingnya standing meeting di gramed sambil baca-baca buku UdahPutusinAja sama YukBerhijab, ngalor ngidul gitu haha, ga jelas, tapi tetep menyenangkan, dan insya Allah ada tugas buat dibawa pulang dan dikerjain pastinya.

Saya dan dinta datang duluan, ngobrolin nugget, bukuancur, dan kisah MTQnya, saya masih takjub aja dinta kok masih susah move on dari suasana MTQnya di Padang kemarin ya? Dan dinta selalu bilang bahwa MTQ yang dia alami jauh lebih seru dibanding yang saya alami dua tahun lalu, huuuuu, padahal kan dinta ga ngerasain yang saya alami. Hmm, setelah dipikir lagi, ternyata emang saya ga buat jurnal tentang perjalanan dan pengalaman selama MTQ dan PIMNAS dua taun lalu, memorinya terekam dalam bentuk foto-foto aja dan memori jangka panjang di sistem limbik dan hipokampus saya pribadi dan teman2 pejuang tirta ibul: agus, thifah, dan kiky.

Hmm.. kalo mau nyeritain sekarang pun bingung mau mulai ceritanya dari mana, karena meskipun pengalaman pas ikut dua ajang itu seru dan memorable, tapiiiiiii perjuangan untuk bisa ikut dua ajang itu yang lebih seru dan mengharukan. *senyum-senyum bijak sendiri* Ah, jadi kangen kiky dan agus, bermula dari silaturahim pasca idul fitri di rumah kiky, kemudian perjalanan ke desa ibul, hujan-hujanan, frase "buntelan kau!" hahaha, kunjungan ke pustu, bikin alat simulasi, ngejelasin ke warga-ibul-oid, presentasi monev yang menggetarkan, kehectican bikin laporan akhir, detik-detik nunggu pengumuman, kehectican print poster keliling makassar naik angkot, pujangga agus latihan presentasi hahaha, kangeeeeen. Emang sih, memori pimnas lebih mendominasi dibanding memori MTQ, karena perjuangan untuk bisa jadi delegasi MTQ ini ga seheboh lolos pimnas, yaaa meskipun perjuangan bikin kartul Quran ini juga ada masa-masa getir ketika diusir dari perpus IAIN dan benerin printer rusak sendiri ke daerah perumnas naik angkot sendiri, tapi excited banget pas ngerjain karya tulis Quran ini, bahkan ketika itu saya sempet kepikiran untuk menghabiskan sisa hidup saya sebagai dokter yang menelaah Quran dan menemukan teori-teori teranyar dan spektakuler tentang kedokteran dari Al-Quran, tapi sayang sumber bacaannya masih sedikit, ditambah pengetahuan bahasa arab saya nol besar, jadi kebanyakan stuck-nya, bahkan sampe sekarang baru bisa menanda-nandai ayat mana yang sekiranya bisa ditelaah lebih lanjut, tapi udah aja, berenti disitu, ga ada temen diskusi dan bingung mau bertanya kemana, rasanya ingin baca Qonun yang dibuat Ibnu Sina haha tapi gatau dimana dan gimana. Seiring berjalannya waktu keinginan itu tertindas dengan kesibukan-kesibukan lain, terbengkalai. *tetiba sedih*

Yaa, kalo masalah kebersamaan mungkin kayaknya emang lebih seru yang dinta alami, mungkin, soalnya waktu itu saya emang agak ansos dengan manteman sekafilah hahaha, pikiran pun lebih fokus ke pimnas yang waktu pelaksanaannya cuma selisih seminggu dengan MTQ karena nganggap pimnas lebih "ihwaw!" haha dasar. Kalo masalah jalan-jalannya kayaknya lebih seru di makassar dibanding padang deh, din. Dari air terjun sampai pantai, dari benteng sampai rumah adat, transtudio juga kami mampirin semua, secara tiga minggu disana, belum makanannya juga banyak banget, hahahahaha alhamdulillah banget. Kenapa jadi nyambung nostalgia gini ya? haha, gapapalah. Dadah! Ini dari pagi mager di RS, dan sekarang baru inget kalo ada deadline sobat bumi buat jam 12 nanti, semoga keburu hahahaha <-- *ketawa stres*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

friends