Kamis, 28 Mei 2015

Sedikit tentang Neuropsychoimmunology

Ketika pasien buka pintu dan masuk ke ruangan periksa, lihat ekspresi wajah dan cara pasien jalan pertama kali, diagnosis banding langsung udah ada di pikiran, A, B, C, D,... Z. Udah otomatis. Baru kemudian menentukan diagnosis kerja dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Ngga heran kenapa Spesialis Ginjal Hipertensi udah bisa tau seseorang dalam kondisi gagal ginjal cuma lihat dari wajah pasien atau cara pasien berbaring, sebelum liat nilai ureum kreatininnya. Masya Allah.

Pas pertama masuk, ada wajah pasien yang meringis kesakitan, ada yang terlihat depresi dengan penyakitnya, ada yang berusaha keras tersenyum, ada yang santai, ada yang bingung, ada yang tetap senyum, ada yang berwajah 'nerimo' tapi terlihat lelah, ada yang bahagia (ini biasanya minta surat keterangan sehat hehe). Rupa-rupa.

Anamnesis yang memperjelas semuanya, menyingkap tabir yang awalnya tertutup. Halah. Di sesi anamnesis ini, ngga jarang pasien curcol masalah pribadinya, bahkan ngga jarang pula hingga nangis tersedu-sedu. Semua gender. Nah ini erat kaitannya dengan neuropsychoimmunology.

Sekilas info, pasien yang datang ke klinik didominasi beberapa jenis penyakit, yaitu...
1. Infeksi, dominan virus sih, bisa juga bakteri, jamur, atau parasit
2. Gastritis, ternyata banyak pasien maag yang (entah khilaf atau ngga kapok?) tetep sering telat makan. Heran hehe
3. Arthritis, degeneratif sih, dominan usia lanjut
4. Metabolik, bisa hipertensi yang ngga terkontrol, DM

Sedikit bocoran nih ya haha, saya punya beberapa pertanyaan yang selalu diajukan ke pasien (di samping pertanyaan pokok yang mengarahkan ke diagnosis kerja), ini disusun berdasarkan prioritas..
1. Bapak/Ibu lagi banyak aktivitas ya akhir2 ini? Kecapekan?
2. Bapak/Ibu telat makan? Salah makan?
3. Bapak/Ibu banyak minum air putih ngga?
4. Bapak/Ibu lagi banyak pikiran? Ada masalah?

Kenapa saya nanya demikian? Balik lagi ke neuropsychoimmunology
Seperti yang kita tau, sistem imun kita luar biasa keren. Ada sistem imun non spesifik, ada yang spesifik. Mulai dari fili-fili, makrofag, sel B, sel T, T-helper, CD 4, belum lagi mediator inflamasi macam ILN, IFN, mast cell, dll. Sistem kerjanya pun canggih. Masya Allah.

Maka, ketika kita sakit, biasanya selalu ada celah yang bisa menjelaskan kenapa sistem imun kita sedang ngga optimal. Pertanyaan satu hingga tiga bisa dijelaskan dari segi homeostasis dan ada di buku patofisiologi. Saya biasanya nanya pertanyaan keempat kalo pertanyaan satu hingga tiga dijawab ngga ada masalah. Menarik. Pasien yang begini (satu sampai tiga ngga ada masalah), biasanya curhatnya lebih kenceng. Yes, sistem imun dipengaruhi juga oleh apa yang kita pikirkan. Udah banyak juga jurnal yang bahas. Ada yang menjelaskan dari sistem limbik kemudian berdampak ke sekresi hormon tertentu, lalu mengganggu homeostasis.

Pas MKTQ, Rika dan Lathif bahas tentang Qalb, yaitu segumpal daging yang mempengaruhi kesehatan, lupa tepatnya, hadits ya kalo ngga salah. *brb googling haha* Iya, hadits riwayat Muslim ternyata hehehe
"Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka seluruh tubuh juga baik. Jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati". (HR Muslim, no. 1599. Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Bukhari, at-Tirmidzi, an-Nasâ`i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, dan ad-Darimi, dengan lafazh yang berbeda-beda namun maknanya sama. Hadits ini dimuat oleh Imam an-Nawawi dalam Arba’in an-Nawawiyah, hadits no. 6, dan Riyadhush-Shalihin, no. 588)

Kemarin lumayan kontroversial sih ketika mereka presentasi, menurut mereka maksud segumal daging ini adalah jantung, sedangkan menurut ustadz Agus selaku dewan juri ini maksudnya pikiran atau otak. Baik jantung maupun otak, keduanya emang sangat essensial. Ya intinya, apa yang kita pikirkan, ngaruh ke kondisi badan. Beda lagi dengan Kak Desi yang emang ngangkat tema ini ketika MKTQ, beliau ngebahas QS. Ar-Ra'd ayat 28: "... Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." Kak Desi mengajukan dzikrullah sebagai salah satu pendekatan terapi penyakit. Seru. Ah, kangen mereka. Kangen belajar bareng, diskusi bareng.

Maaf kalo ngga tuntas, keburu baper haha, pesan moralnya, mari kita selalu bersyukur, semoga bisa selalu bahagia, dan selalu sehat.


Stay happy, stay healthy :)
gambar dari instagram @aliyannisa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

friends