Jumat, 26 September 2014

Pulpen

Nulis. Itu salah satu kata yang mendominasi kerjaan dokter.

Apa yang bikin koas dan residen mesti dateng jam 4 pagi?
Follow up dan nulis di lembar terintegrasi.
Apa yang koas dan residen kerjakan ketika ada pasien baru?
Anamnesis, PF, tentuin tatalaksana, dan nulis status.
Apa yang koas dan residen kerjakan ketika jaga?
Nulis laporan jaga, nulis di lembar follow up.
Apa yang dilakukan ketika internship?
Nulis lembar yang mestinya diisi konsulen haha.
Ketika operasi?
Nulis lembar monitoring dan laporan operasi.
Ujian?
Nulis status.
Ketika praktik?
Nulis rekam medik.

Intinya dokter itu decision maker, nah keputusan dan hal-hal yang menjadi dasar menentukan keputusannya itu mesti ditulis. Seringkali saking banyaknya yang mesti ditulis, hal-hal yang ditulis itu bukan dokter yang ngerjain, tapi perawat. Hal inilah yang menjadikan pulpen adalah hal penting yang menunjang performa dokter. Sudah berbagai jenis pulpen yang menemani sepak terjang saya sebagai koas, mayoritas pulpen tinta hitam ya, tapi di beberapa bagian mesti ada pulpen warna-warni, di mata mesti enam warna untuk penanda gambaran mata, di kulit minimal ada warna merah penanda hiperemis, di anestesi mesti empat warna untuk vital sign.

Senjata sejak dulu, itu yang ada gambar angklung pensil sih haha 
Sejauh ini pulpen paling juara adalah yang tengah, Snowman V-7, subhanallah banget, saya bahkan sering masih takjub sama kenyamanan ketika menggunakan pulpen tersebut, lancar banget kalo nulis pakai pulpen itu, jadi nggak menghambat ketika arus pikiran sedang cepat, apalagi kalo sambil anamnesis. Awal koas saya beli pulpen itu selusin di salah satu toko alat tulis yang terkenal murah dan lengkap, harganya hanya seribu rupiah, Saudara-saudara, khanmaen warbiyasak! Beberapa bulan kemudian, saya menyesal kenapa cuma beli selusin, karena ternyata stoknya sudah habis, saya coba cari di toko yang katanya lengkap lain, ternyata habis juga, wah stok di Palembang benar-benar kosong, yaudah sementara saya pake pulpen Standard, lumayan juga, enak juga pakainya, cuma sayang ada tutupnya, jadi kalo mau buru-buru nulis mesti buka tutupnya, itu yang bikin repot haha, halah gitu aja repot, tapi emang iya, kalo tetiba mau nulis kan enak kalo tinggal dorong aja. Lagipula kalo ada tutupnya kan ada risiko hilang tutupnya, yang nantinya bisa mengotori tempat pensil atau baju haha. Ketika Januari saya pulang ke Bandung, saya menyempatkan diri beli pulpen Snowman V-7 dua lusin (yang ternyata kurang, gegara sering dipinjem residen dan akhirnya hilang haha). Baru-baru ini saya dapat info ternyata pulpen itu dijual di Hypermart dengan harga dua kali lipat harga semestinya, alhamdulillah ternyata masih ada di Palembang, nggak mesti minta kirim dari Bandung haha lebay sekali.

Ungu: Snowman V-7. Hitam: Frixion Clicker 0.5

Nah, ada pulpen yang baru saya pakai di stase ini, yaitu pulpen yang bisa dihapus. Pulpen ini sudah melegenda di kalangan koas neurologi karena kami mesti nulis laporan jaga yang nggak boleh salah tulis, nggak boleh ada coretan, nggak boleh ada tip-ex, kalau hal-hal itu sampai terjadi, konsekuensinya mesti nulis ulang sebuku lapjag yang ukurannya kisaran 27cm x 21cm dan sudah hampir penuh terisi itu, alamaaaak, makanya pulpen ini ngehits banget disini, namanya Frixion Clicker 0.5 haha. Nyaman juga ternyata, tapi karena bisa dihapus, jadinya ketika awal-awal malah jadi sering salah tulis haha, tapi sekarang nggak kok. Kelemahannya adalah tintanya nggak sejelas pulpen tinta yang sejati, jadi saya pakai cuma kalo untuk nulis lapjag. Fiuh. Haha. Begitulah. Salam :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

friends