Papa dirawat di RS Dustira (lagi).
Selalu ada adu argumen panjang antara saya dan papa ketika meyakinkan
beliau untuk berobat ke RS, soalnya papa ini penganut paham ‘paradigma sakit’
sejati. Selalu. Bahkan tahun lalu saya harus sampe pulang ke Bandung supaya
papa mau berobat. Kali ini berhasil meyakinkan beliau via telepon kisaran 30 menit. Emang harus saya banget yang turun tangan, dokter beneran
suka ga didenger.
Paradigma sakit adalah pemikiran bahwa ke berobat dokter atau ke rumah
sakit itu hanya perlu dilakukan jika sakit parah. Beda dengan mama yang
menganut paradigma sehat, jadi mama ke RS atau ke dokter untuk menjaga
kesehatan, bukan ketika sudah sakit. Nah mama ini yang bener, tapi di
masyarakat masih banyak yang malah sepaham dengan papa.
Salah satu hal yang saya suka dari papa adalah beliau orangnya ‘take it easy’, jadi ga gampang stress dan
suka nemu solusi praktis kalo ada masalah. Tapi sayangnya sikap ‘take it easy’nya ini belebihan kalo
masalah kesehatan. Memang, ada beberapa penyakit yang self-limited disease, jadi bisa sembuh sendiri dikalahkan sistem
imun kita, tanpa perlu obat, cukup bedrest dan perbaiki pola makan, tapi ga
semua penyakit kayak gitu. Papa ini kalo ada keluhan suka ga dirasa-rasa dan
berusaha ngobatin diri sendiri berdasarkan pengalaman. Nah ini yang jangan
ditiru. Penggunaan obat ga boleh sembarangan, meskipun keluhan sama, tapi
kondisi metabolisme tubuh belum tentu sama dan bisa malah berinteraksi
antagonis dengan obat lain yang sedang diminum.
Tantangan terbesar dokter keluarga adalah mengubah paradigma sakit
jadi paradigma sehat. Jadi kalo mau mudik itu emang harus isi amunisi ilmu full-tank dari diagnosis hingga
tatalaksana, terutama edukasi. Banyak saudara yang konsultasi kesehatan, pertanyaannya pun random
sangat, dan masih banyak anggapan2 salah yang perlu dibenahi. Semoga ilmu ini
berkah.
PS. Mohon doa buat papa saya ya, manteman. Jazakumullah khairan
katsir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar