Ingin segera move on dari PDL dan menceritakan berbagai hal
di mata haha. JAdi ceritanya .....
Selasa udah lumayan manteplah pengetahuan tentang DM sama
TB, termasuk penghitungan kebutuhan kalori spesifik khusus untuk ibu ini, terus dosis-dosis obat, penulisan resep yang bener, sampe edukasi, tapi
masih kepikiran sama hal-hal yang salah tulis di status, ada yang kurang juga. Ya itu tadi, sadarnya pas nonton video pemeriksaan fisik, misal pas perkusi ada 3 hal yang dinilai, yaitu suara yang terdengar, batas paru hepar, dan peranjakan. Sedangkan saya cuma menuliskan hal yang biasa dituliskan di status follow up sehari-hari, cuma bunyi yang terdengar aja, batas paru hepar ga ditulis, peranjakan ga ditulis juga, tapi emang ga diperiksa sih, kelupaan karena dari anamnesis emang ga ada keluhan dari hepar. Dan ada beberapa kekurangan2 penulisan lainnya karena emang hasil pemeriksaannya dalam batas normal alias ga ada kelainan. Yaudah sih, selasa pagi dateng seperti biasa, menanti-nanti jam 10 sambil bahas pemeriksaan fisik sama rika di depan mushola, bahas gimana supaya tampil meyakinkan dan keren di depan pasien dan penguji hahaha. Kemudian Prof datang sambil bawa status yang udah saya buat kemarinnya.... Saya, kak rizal, sama Prof menuju bed pasien ujian saya.... Ujian dimulai...
Prof: Ibu, apa kabar hari ini?
Pasien: Pagi ini mencret, dok. Udah dua kali BAB cair.
Saya: *DEG* *masya Allah, ada keluhan baru doooong, huaaa*
Prof: "Anita, kemarin pasiennya diare juga ga?"
Saya: "Ga, Prof. Kemarin ga diare."
Prof: "Mencretnya dari kapan, bu?"
Pasien: "Baru pagi ini, dok."
Saya: *fyuuuh*
Prof: "Coba bacakan hasil anamnesis kamu, anita."
Saya: *menjelaskan dengan khidmat*
Prof: "Oke, dari anamnesis kamu udah ada kemungkinan diagnosis kerjanya ya, apa?"
Saya: "Trias DM jelas mengarah DM tipe 2 dan ada gejala respiratorik dan sistemik yang mengarah ke kasus baru TB paru"
Prof: "Oke, nah pagi ini pasien kita ada mencret, menurut kamu diare ini etiologinya apa? ada hubungannya ga dengan diagnosis kerja kamu?"
Saya: *alamaaaaak, ga baca sama sekali tentang diare dooooooong* *membuka kembali folder ingatan tentang diare* "Berdasarkan etiologinya, diare dibagi menjadi infeksi atau non-infeksi, blablablabla........." *pokoknya semua yang keingetan tentang diare disebutin semua, soalnya Prof malah menelisik jauh tentang diarenya, DM sama TB belum dibahas sama sekali, pemeriksaan fisik pun belum hahahahaha. Udah aja, ada yang terjawab, ada juga yang ga terjawab haha.*
Masuk ke pemeriksaan fisik, masalah dimulai ketika pemeriksaan JVP, di status saya tulis JVP (5-2) mmH2O itu meriksanya ga pake penggaris dan dengan asumsi TB sama DM biasanya ga ada peningkatan JVP, dan ternyata pas saya periksa ulang di depan Prof pake penggaris .......... JVP (5+0) mmH2O doooooooooong. Ini ga terduga banget, gimana ini, apa yang terjadi pada ibu ini? Apa ada penyakit yang belum terungkap? huaaaa. Ditanyalah saya tentang berbagai penyakit dengan manifestasi peningkatan JVP hahaha, ya saya jawab aja bisa karena kelainan jantung, kelainan ginjal, dan kelainan paru. Jelasin aja semunya, kemudian ada pertanyaan ......
Prof: "Dari sekian banyak penyakit yang ada manifestasi peningkatan JVP yang kamu jelasin barusan, apa kemungkinan penyakit yang mendasari peningkatan JVP pada pasien ini?
Berhubung saya ga nyangka ada peningkatan JVP, jadi saya baru memikirkan kemungkinannya ya saat itu juga hahahaha setres, CHF jelas bukan, cor pulmonale juga ngga, edema paru ga ada, mungkin DM nefropati-kah? oiya kan ada edema pretibial, mungkin kelainan ginjal, masa iya udah CKD? tapi ga ada sesak kok, kemarin pas anamnesis juga ga ada keluhan BAK, tapi bisa aja sih diagnosis bandingnya CKD ec DM nefropati, apa ya? Pokoknya pikiran berkecamuk bangetlah hahahaha, saya jawab yang CKD itu, dan ternyata emang bisa juga karena itu.
Pokoknya panjang bangetlah kalo mau diceritain semua, seru banget, banyak banget pertanyaan ga terduga hahahahaha, emanglah top banget Prof penguji saya ini, bikin saya mikir lebih holistik dan komprehensif.
Nah, apa yang saya wanti2 dari awal mengenai penulisan status yang kurang lengkap dari hari sebelumnya ternyata emang berakibat 'lumayan' fatal haha. Saya mesti meriksa satu pasien TB setiap harinya, mulai dari anamnesis sampe edukasi ke pasien hingga hari sabtuuuuuuuu. Oke, fine, saya terima dengan lapang dada, meskipun mesti menunda keinginan melaksanakan agenda pos ujian yang udah jelas banget itu.
Ada satu hal yang ga terduga lainnya pas hari jumat....
Jadi hari itu konsulen lapjagnya adalah prof penguji saya, lapjag adalah akronim dari laopran jaga, lapjag ini dilakukan setiap pagi jam 07.00-08.30 isinya membahas pasien baru yang masuk RSMH, bahas dari anamnesis hingga tatalaksana, kemudian didiskusikan, lapjag dihadiri oleh seluruh residen dari tingkat satu sampai chief (senior banget), bahkan post chief (saking seniornya, udah hampir jadi konsulen), lapjag ini dipimpin dan dievaluasi oleh satu orang konsulen. Nah 'kebetulan' ada kasus pasien baru P2 dengan diagnosis TB paru dan suspek SIDA, dan suspek MDR TB juga.
Prof: "Coba, saya mau minta pendapat chief paru tentang kasus ini."
Residen A (chief paru): "blablablabla....."
Prof: *komentar pendapat chief, terus lanjut nanya lagi* "Saya mau dengar pendapat chief yang tertinggi disini"
Residen B (chief senior): "Blablablabala...."
Prof: *komentar pendapat chief, terus lanjut nanya lagi* Anita Permatasari, mana Anita? saya mau minta pendapat kamu tentang kasus ini. Anita ini koas yang ujian sama saya, dia juga udah jadi chief paru (ngejelasin ke peserta lapjag).
Saya: *berdiri* "Terima kasih, Prof. Blablablabala....."
Wakakakak pengen ketawaaaaaaaa hahahahaa. Semenjak hari itu ada beberapa temen yang menyapa saya dengan "chief paru". Sampai tibalah hari sabtu pagi saya menyerahkan status pasien terakhir yang saya periksa. Legaaaaaa banget, terus nanya nilai ke kak rizal, alhamdulillah luluuuuus hahaha. Banyak banget pelajaran dan hikmah yang didapet dari PDL huaaaa meskipun capek, tapi berakhir dengan bahagia dan senyuman. Insya Allah siap ya jadi dokter :)